Helmi Yusup
suasana pembacaan buku Fiersa Bisari
Modertaor Zairurrahman saat membuka kelas Tumapangsile pertama
Menurut jadwal
malam ini kita ada tumpangsile pertama “Pentingnya Gerakan Pemuda di tengah
Masyarakat” bersama Saiful Bahri, S.Pt atau yang bisa kami sapa Semeton Epol.
Dia adalah ketua karang taruna Desa Sesela namun sebelumnya ia juga pernah
menjadi partisipan BerajahAksara 2107 dan tulisan tulisannya tentang potensi
Desa Sesela banyak dimuat di Wibsite Brajahaksara.org. sepertinya Epol agak
sedikit terlambat datang karena aktivitanya yang sangat padat dari tadi pagi.
Sembari menunggu kami menyempatkan membaca ebook pdf buku Fiersa Bisari “Garis
Waktu” secara bergiliran.
Saiful
menjelaskan bahwa Dalam KBBI (kamus Besar Bahasa Indonesia) yang dikatakan
pemuda adalah yang berumur 17 samapi 40 tahun. Sedangkan pemuda dalam pandangan
pilosofi adalah orang yang mempunyai pemikiran maju dan bermoral baik. Lanjut
ia menjelaskan tipe tipe pemuda, tipe tipe pemuda :
1.
Pemuda hedonis
2.
Pemuda apatis
3.
Pemuda kritis
Pemuda yang
hedonis adalah pemuda yang mementingkan dirinya sendiri tidak mau tahu tahu
tentang sesuatu, menurutnya bermewah dan
bergaya sosialita adalah prioritas. Lanjaut semeton Epol memaparkan tentang
pemuda yang aptis ia mengatakan pemuda yang hedonis hampir sama dengan pemuda
yang apatis bedanya sedikit, pemuda apatis melihat dan kadang membaca realitas
sosial yang ada tapi setelah itu dia tidak mau tahu acuh tak acuh. Adapun
pemuda keritis adalah pemuda yang membaca dan bergerak, pemuda yang kritis
inilah yang pergerakannya sanagt penting dalam masyarkat dalam mengontrol dan
menyelesaikan setiap problem realitas sosial yang terjadi di tengah tengah
masyarkat.
Pembahasan
materi pada malam ini tidak berfokus pada bahasan pengertian pemuda, melainkan
peran pemuda dalam setiap gerakan terstruktur, sistemtis dan massif di tengah
masyarakat. Seperti digambarkan oleh saudara Epol dalam diagram piramida yang mempunyai
arti bahwa terbentuknya tatanan sosial dengan adanya Sipil Society (Pemuda)
Nation State (Negara) Government (Pemerintahan).
Selama materi
berlangsung Semeton Efol juga menceritakan tentang pemuda pada zaman Rasulullah
dan tak lupa juag ia menguktif ayat Quran untuk membagi porsi pengetahuan kami.
Epol juga menyinggung keunikan desa Sesela yakni seperti jumalah penduduk desa
sesela yang kurang lebih 15.000 angaka tersebut tergolong banyak di tingkat
desa. Jumlah tersebut ia kayitkan dengan masalah-masalah yang ada. Seamkin
banyak penduduk suatu daerah maka akan semakin banayak pula masalahnya ujarnya
mengutif tokoh yang saya lupa namanya.
Selama materi
berlangsung Semeton Efol juga menceritakan tentang pemuda pada zaman Rasulullah
dan tak lupa juag ia menguktif ayat Quran untuk membagi porsi pengetahuan kami.
Epol juga menyinggung keunikan desa Sesela yakni seperti jumalah penduduk desa
sesela yang kurang lebih 15.000 angaka tersebut tergolong banyak di tingkat
desa. Jumlah tersebut ia kayitkan dengan masalah-masalah yang ada. Seamkin
banyak penduduk suatu daerah maka akan semakin banayak pula masalahnya ujarnya
mengutif tokoh yang saya lupa namanya.
Beberapa
pertanyaan dan pernyataan di lontarkan oleh sebgian kawan-kawan yang dari tadi
menahan hasrat untuk bertanya. Misalanya dari saudara Ayatullah Humaidi kerap
di sapa klet bokel bertanya tentang klasifikasi pemuda yaitu bagaimana hakikat
pemuda yang kritis ? apakah seperti mahasiswa sebagai agen of control dan agen
of change ?
Saiful Menyeruput Kopi menmabah kefokusan dalam berdiskusi
Moderator
memberikan keleluasan untk siapa saja yang mau menanggapi pertanyaan dan pernyataan, misalnya saja saya menanggapi tentang pemuda
apatis. Saya berpikir bahwa pemuda yang tergolong apatis adalah pemuda yang
tahu tapi tidak mau tahu, saya memposisikan pemuda apatis tidak se parah pemuda
hedonis kalau hedinis jelas mainannya hanya pemenuhan hasrat untuk dirinya
sendiri ia hanya tahu dan mau tahu soal terpenuhinya aksesoris dalam hidupnya.
Sedangkan pemuda apatis ia pengetahui sebuah gerakan pemuda tapi dia tidak ikut
bergerak tapi setuju dengan gerakan itu entah gerakan positif atau negatif.
Malam semakin
memalam suasana intelektual mulai terbangun di tengah tengah forum tumpangsile
ini. Banyak yang menghubungkan gerakan pemuda (komunitas Ampure) dengan gerakan
ala warga seperti semeton Fahrul Yani misalnya ia memberikan sebuah suntikan
pengetahuan tentang narasi kewargaan dalam membangun gerakan pemuda yang
berbasis pada potensi yang ada di lingkungan sekitar. Bupepuk mislanya, ini bisa dibaca sebagai sebuah gerkan ala
warga karena dalam kegiatan hampir melibatkan
seluruh elemen dalam masyrakat Desa Sesela yang berkaitan tentang
kearipan lokal, kesenian dan kebudayaannya.
Kopi mulai
mendingin terlihat tengkobangnya saja menandakan diskusi semakin menarik dan
menguras perhatian tinggi terhadap apa yang dibahas. Berbagai pemikiran
terlempar di tengah diskusi semuanya akan mejadi pengetahuan yang sadar atau setidaknya
ini pasti menjadi penting. Lagak pasilitator (moderator) mulai mengambil suara
untuk menghentikan kegiatan tumpangsile pertama ini sebagai moderator ia tutup
kegiatan ini dengan bacaan Basmallah.
Setelah
selesainya tumpangsile pertama ini. Kita melanjutkan membaca “Garis Waktu”
Fiersa Bisari secara bergiliran sampai jam 01:00 Wita, kami berharap semoga
semua yang pernah menjadi pembahsan yang bisa menjadi ruh pergerakan pemuda
ditengah masyarakat.
Komentar
Posting Komentar