oleh
Ilham Doni Setiawan
Perhelatan acara ” BEPUPEK” yang di gagas oleh sebagian
kawan-kawan muda intelektual berdasarkan hasil diskusi di rumah salah satu
partisipan”LASAH BERAJAH” yaitu saudara M.ibnu, peka terhadap persoalan
desa menjadi faktor utama lahirnya gagasan-gagasan brilian dari kawan-kawan
muda.
Seperti kita ketahui bersama, Desa sesela merupakan desa yang
memiliki peradaban besar di masa silam atas dasar hikayat yang di lukis oleh
para leluhur terdahulu, berbagai memori kolektif terus berkesinmabungan melalui
tradisi-tradisi yang di lakukan oleh warga setempat, tapi sayang seiring
dinamika zaman memori indah terhapus seketika, identitas sesela sebagai
sejatinya sesela hilang tertelan masa. Memasuki era milenial perhatian itu
masih bersifat stagnan, hanya segelintir orang dari ribuan orang yang sadar
akan nilai signifan tersebut.
Yah, memelihara atau mengulas peradaban besar mampu membawa kita ke
dimensi kebersamaan, peradaban besar mampu menuntun kita ke dalam ruang
persatuan, peradaban besar sebagai salah satu modal untuk membangun kembali
kekayaan desa, mencari jati diri sesela dalam kegaduhan, apalagi di saat hiruk
pikuk pesta demokrasi memecah belah persaudaraan, hanya karena beda pilihan
hingga tanpa sadar itu menjerumuskan kita ke dalam jurang kesalah pahaman, membuat
kita senantiasa menerapkam program caci maki, bagi mereka yang tidak paham arti
dari “politik”.
Realita sosial seperti inilah yang memanggil jiwa kawan-kawan muda
untuk melakukukan gerakan persatuan melalui program LASAHBERAJAH atas
naungan komunitas Apure, berupaya untuk membawa perubahan bagi desa
sesela dengan mencoba mengulas kembali harta besar desa sesela di masa silam.
Hingga waktu itu tiba, jiwa yang sadar itu terkumpul dalam satu
ruang, melaksanakan diskusi guna menyingkap tabir kesejatian itu, dari hasil
diskusi itu terwujudlah kata “kesepakatan bersama”, dari situlah terbentuknya
program LASAHBERAJA, disamping itu masih terselip tanya jawab antar
teman tentang agenda apa yang mau diselenggarakan oleh teman-teman LASAHBERAJAH,
mulai dari gagasan “bagaimana kita membuat spanduk yang berprofil calon
legislatif desa dan bertuliskan suara rakyat ( awalnya, namun bukan karena ada
embel-embel politik ) , di saat kebuntuan itu masih berdomisili , muncullah
sosok aktor aktif bernama “Helmi yusup”, kemunculannya menepis kebuntuan
itu , ia mengatakan bagaimana kalau kita mengadakan acara “bepupek” ,
dan teman-teman “LASAHBERAJAH” pun menyutujui pendapat itu , hinngga
tanpa menunggu waktu lama , mereka langsung memetakan konsep untuk berbagi tugas.
Tapi sebelum melakukan gerakan , kawan-kawan “lASAHNERAJAH”
sowan ( meminta izin ) kepada tokoh sentral Desa Sesela yaitu Drs. TGH. Munajib
kholid. Mendengar hal itu beliau pun tersenyum dan mendukung semanagat para
partisipan untuk menyelenggarakan agenda tersebut, pun sebaliknya mendengar
adanya persetujuan sekaligus dukungan dari beliau seakan menambah semangat para
pastisipan.
silataurrahmi sekaligus mohon Restu untuk Acara Bepupek
Sepulang dari kediaman TGH.
Munajib kholid mereka langsung bergegas pulang ke basecamp ( markas ) yaitu
kediamannya saudara M. rifky muaz yang bertempat di dusun cengok tepatnya di
pertigaan jln dende siti Fatimah untuk mendiskusikan hal itu, pemetaan konsep
pun di mulai, para partisipan membagi tugas , pertama melakukan riset dengan
mendatangi tokoh-tokoh agama, seniman, dan budayawan untuk di ajak wawancara,.
Setelah hasil riset mengenai sejarah air masjid beleq terkumpul ,
dengan mewawancari tokoh-tokoh yang berbeda , dan pendapat yang berbeda itu di
kombinasikan agar menjadi satu arah . disisi lain ada yang deklarasi melalui
media , membuat logo , sambil menunggu siapa yang berkeinginan untuk
berpartisipipasi selanjutnya. Karena memang waktu itu program LASAHBERAJAH dengan
mengadakan acara bepupek menjadi trending topiK di media sosial, khusunya para
pengguna facebook.
Bepupek sendiri adalah tradisi di masa silam yang sering di lakukan
dengan cara mengambil air di masjid beleq sesele menggunakan ember atau alat
bantu lainnya dan meremas daun jarak atau banten guna meredakan hawa panas di
kepala.
Dan partisipan partisipan selanjutnya ialah saya setelah selang
beberapa hari saya berfikir mengenai definisi hidup saya , tak ayal itu sangat
menguras tenaga fikir saya, untuk berusaha mencari fungsi saya sebagai seorang
pejalan dalam pelayaran hidup ini sebenranya untuk apa, dan seiring proses
perubahan/pergantian pagi menjadi malam, malam menjadi pagi, terus berjalan
sesuai dengan skenarionya.
Hingga di sutau hari saya mendengar cerita dari hasil sambung lidah
teman-teman di dusun kebun indah, bahwa mereka akan membangun sebuah gerakan
persatuan melalui program LASAHBERAJAH, yang dimana tujuan mereka ialah untuk merekonstruksikan
(mengembalikan) perdaban desa sesela yang sudah mulai terhapus/terlupakan
seiring dengan perubahan zaman, untuk mengetahui identitas kita menjadi “kanak
sesele”, tentunya kesadaran semcam ini menarik hati saya untuk ikut
berpartisipasi dalam agenda ini, karena saya juga sebagai anak sesela tak mau
tinggal diam disaat teman-teman seperjuangan saya yang sudah mulai sadar akan
hilangnya identitas sesela sebagai sejatinya sesela, di samping itu saya juga
berupaya untuk mengembangkan kecintaan saya terhadap literasi dan pembacaan
puisi, teruntuk itu saya memutuskan
untuk ikut berproses dalam kegiatan-kegiatan yang akan di selenggarakan oleh
teman-teman “lasah berajah".
Setelah ikut serta dalam kegiatan program lasah berajah, saya
merasakan ada kenyamanan, kenyamanan saat berbaur dengan teman-teman yang
mungkin saya kenal namun kurang dekat , setelah berada dalam satu ruang itu
saya lebih leluasa dalam berkomunikasi dengan mereka. Berbagi pengetahuan,
bersenda gurau , dan pengalaman.
Terjadinya kemajuan acara akibat ada semacam masukkan dari TGH.
Munajib kholid membuat kami berdiskusi kembali dengan para partisipan , semula
acara “ bepupek” di selenggarakan pada tanggal 2 desember, di majukkan ke
tanggal 29 november tepatnya malam jum’at, kami pun bergegas, berdiskusi
kembali , dan melakukan berbagai macam persiapan. Mulai dari penyebaran
pamphlet, mesilak , menyiapkan perlengkapan, deklarasi ulang , kosumsi dan
konsep pelaksanaan acara.
Malam kamis sebagai saksi bisu saya memperoleh ruang itu, dimana
saya dengan salah satu budayawan yang bergelut di yaysan pasir putih, nama itu
sudah taka sing lagi tuk di dengar di telinga masyarakat sesela , yah saudara
sekaligus guru saya A. ijtihad , karena malam itu saya dengan sebagian kawan
lasah berajah berdiskusi mengenai kesiapan , namun dari mana datangnya suara
itu, suara ketika saya membahas soal puisi , ia langsung merespond , dan mengatakan “kamu ingin berpuisi “, saya jawab “ia saya mau”, ia menjawab, kamu bisa
berpuisi di acara bepupek nanti , kamu sebagai pemberi surprise kepada semua
warga yang hadir di acara nanti, tapi dengan syarat kamu serius, kalau tidak
serius saya akan mengadakan kesepakatan dengan teman-teman, jika nantinya kamu
tidak jadi tampil , kami tidak segan akan mengucap kata-kata kotor tehadap
kamu.
Mendengar perkataan tegas dari saudara A.ijtihad , saya beranggapan
itu adalah sebuah motivasi bagi saya, karena ia telah membukakan ruang bagi
saya untuk masuk sekaligus muncul di kerumunan masyarakat. saya pun bersiap
untuk menulis puisi sebanyak 2 lembar atas dasar instruksi dari saudara
ijtihad, setelah selesai menulis , saya latihan yang dibimbing langsung oleh
dia, sambil mendengarkan instrument , saya mencoba untuk melatih intonasi
bacaaan, sambil menyimak bacaan, ia pun memberi masukan terhadap saya, karena
ia beranggapan bahwa puisi saya adalah puisi ruangan lebih condong ke puisi Gus
Mus , karena kamu akan tampil di lapangan , maka puisi yang kamu baca berskala
singkat namun banyak arti, ia pun meringkas puisi saya , membuatnya semakin
ringkas dan mudah di baca namun memiliki arti yang dalam bagi mereka yang
paham, hingga lahirlah puisi singkat penuh makna itu yang berjudul “AKU
SESELA”.
Sebelum acara inti di laksnakan yaitu “ bepupek “, ada acara
tumpang sile ba’da sore bertempat di TK AL-GHUROBA, dengan menhadirkan Tuak
kajer sebagai pematerinya, tumpang sile sendiri di artikan sebagai
kesejajaran , artinya duduk sama rendah berdiri sama rata, tidak ada yang benar
juga tidak ada pula yang salah, semua kita sama. Ucapan syukur saya hadiratkan
kepada Allah, dari penyampaian tuak kajer saya dapat mendapat wacana baru
mengenai kesenian, mengetahui bahwa sesele ini adalah desa yang kaya akan kesenian,
memiliki tradisi-tradisi yang unik tapi berkesan.
Malam pun tiba , hati saya berdebar kencang, sebab ini adalah kali
pertama saya perform di depan public, kami pun kumpul di masjid beleq sesele,
dengan menggunakan pakaian adat sasak juga di hiasi kris di pinggang, melihat
antusias masyarakat yang diluar dugaan saya atas nama pribadi, saya bergegas
terlebih dahulu , mencari tempat persembunyian dan akan muncul jika ada
insttruksi dari teman-teman yang terpilih sebagai pembawa tugas itu, acara pertama
di mulai yaitu pembacaan kalam ilahi yang di bawakan oleh ulum , acara kedua
berlanjut yaitu sambutan hingga acara ulas sejarah sesela yang di sampaikan
oleh Drs.TGH. Munajib kholid.
Seusai acara tersebut , sampailah kita di acara puncak yakni “bepupek”
dan di saat itu pula saya tampil langsung di muka public , sambil menunggu
instruksi datang , saya pun melepas baju , berpakaian seperti seorang sasak
tulen, saya melihat di bawah acara bepupek sudah di mulai hingga datang salah
satu teman, memberi instruksi pada saya dengan kode “mulailah” , saya pun
membuka gerbang sambil membawa obor , dan berteriak sekencang mungkin sambil
memukul dada, bepupeeeek 3x , suara kerumunan masyarakat senyap oleh suaraku ,
mengalihkan pusat perhatian terhadapku , terdengar sunyi, aku hanya mendengar
bisikan lembut angin, aku turun dari lantai 2 sambil membaca puisi, selang
bebrapa menit suara masyarakat kembali normal, tapi aku tida terpengaruhi oleh
kerumunan itu , aku tetap berusaha fokus pada konsep ku , kerumunan masyarakat
menjelma menjadi instrument puisi ku, hingga di ending puisi tersebut ,
sebanyak lima partisipan “LASAHBERAJAH” mengawal langkahku, mereka
membentuk lingkaran, aku berteriak sekeras mungkin, Aku sesela 4x.
Bagi saya itu adalah momentum, dimana aku mengeksperikan diriku,
tentang aku dengan alam, tenggelam bersama keindahan melalui pembacaan puisi,
di samping itu juga, melihat antusias masyarakat serasa aku bagai dalam mimpi,
memori kolektif yang sempat pudar, terulang kembali ,aku merasakan adanya
perasaan terhubung dengan mereka sebagai AKU SESELA, KAMI SESELA, KITA
SESELA.
pembacaan Puisi Bepuek Oleh Ilham Doni Setiawan
pembacaan Puisi Bepuek Oleh Ilham Doni Setiawan
Komentar
Posting Komentar