Langsung ke konten utama

Tualar Manoh


Oleh
Helmi yusup

Sore sabtu telah datang kembali, namun. sesuatu yang terjadi pasti akan berbeda dengan sore sabtu yang kemarin. Misalnya saja sore sabtu tgl 12 januari 2019. waktu itu aku bersama kawan-kawan remja/i dan pemuda/i Sesela menghadiri diskusi tentang KETEMUQ di rumah saudara Heru yang di bawakan oleh remaji cerdas dan cantik yaitu Nari, salah satu mahasiswi keperawatan asal Dusun Kebun Indah Desa Sesela. Sehari sebelum hari sabtu aku dan beberapa kawan karibku Riyadi (barak), Eki dan Ijtihad (Agiks) rutin memposting dan membagikan infografis dan sinopis atau deskripsi umum tentang tema diskusi di media sosial facebook dan whatsap yang akan dilaksanakan setiap sabtu sore sebagai media menyampain pengetahuan berbasis warga   

Sabtu 19 januari 2019 karena bergadang diwaktu malamnya aku bangun kesiangan. Ya, sekitar pukul dua siang lah, oo ya bangun jam segituan karena aku tidur jam 7 pagi baray. Dan aku ingat bahwa sore itu ada diskusi atau sharing space di rumahnya sauadara Riyadi yaitu tentang “Tular manoh” pemantiknya salah satu kembang desa dari dusun desa yaitu neng Ulan, akupun berangkat sekitar pulul 16:13 Wita dari rumah. sesampai dirumahnya Riyadi ternyata belum ada yang datang, hanya si Lewak yang lagi asyik mendengarkan musik barat lalau aku ajak dia mengambil papan tulis dan sepidol di rumahnya Sunan Ibnu Malkan dan menunggu pemantik serta kawan-kawan yang lain di teras rumah Riyadi sambil menikmati satu batang rokok surya bersama Lewak.

    Ulan mulai memantik diskusi

Beberapa menit setealah asyik menikmati hisapan rokok, satu persatu peserta sharing space mulai memadati ruang tamu (sangkok) rumahnya Riyadi dan kita tinggal menunggu sang pemantik dari ujung utara lokasi diskusi. tak kunjung tiba, membuat salah satu dari kami menjemputnya membuat waktu sedikit molor dari biasanya. Merekapun datang, Ulan langsung menmpati tempat yang sudah disediakan dan moderator membuka dengan Lafadz Al Basmallah maka Ulan memulai dengan menulis  judul besar di with board bertuliskan “TULAR MANOH”.

Beberapa hari yang lalau Ahmad Ijtihad menulis tentang Tular Manoh di pane page LASAHBERAJAH, isinya adalah bahwa Tular Manoh itu berasal dari dua kata “Tulak (kembali)” dan “Manik (perkataan). Jadi secara bahasa Tular Manoh itu berarti perkataan yang kembali. penyebutan Tular Manoh kemungkinan besar terjadi karena kondisi sosilal budaya dan adat istiadat orang tua kita terdahulu. Ketiban sial, apes dan kejadian yang tidak penah dinginkan menimpa seseorang lanataran ia melanggar atau tidak menghiraukan perintah dari kedua orang tua, guru dan kerabatanya bahkan dari arwah-arwah orang yang sudah mati, adapun yang dimaksud perintah adalah perintah yang baik-baik.

  Sebagai sebuah kepercayaan Tular Manoh masih sangat erat kaitanya dengan terdisi kepercayaan animisme dinamisme kerena masih bersifat metafisik yang masih belum bisa di nalar oleh otak manusia. Ia (Tular Manoh) menjadi ada dan terjadi  jika orang yang ketiban sial atau kena apes mengkalaim kesialannya itu disebabkan karena tular manoh, entah dari siapa. maka disinilah kebanyakan istilah tular manoh itu menjadi ada di dalam masyarakat sasak pada umumnya, Sesela pada khususnya.

Sore mulai menyore.. setelah menulis judul besar. Ulan memulai kalimatnya dengan senyum manisnya dibumbuhi nada yang sedikit memanja dan menyantik “endeku toak epe ne tular manoh ini lasing. ampo q sue dateng,” ujarnya memancing peserta diskusi dengan tingkah merendah dan tingkah konyolnya “menurut literasi yang saya baca Tular Manoh itu adalah hikmah,” ujarnya menmabahkan. peserta mulai serius dan fokus memperhatikan ilmu dan aura yang di sampaikan serta dipancarkan ole pemantik kali ini.


    Kawan-kawan sedang menyimak dialog 

Tular manoh adalah hikmah, suatu pelajaran pentig yang disampaikan oleh pemantik kali ini. Artinya kesialan dan kena apes atau seseorang yang menglami musibah sebab Tular manoh tersebut bisa mengambil hikmah dan pelajaran agar tidak lagi melanggar perintah orang tua yang baik-baik. Tentu saja aku terpancing dan sedikit mengkerutkan kening menyimak lebih dalam penjlesan-penjelsan neng Ulan.

Sore mulai kelabu. hampir 5 menit Ulan menjlesakan materinya tentang Tular Manoh sehingga ia mencukupkan dan mengembalikan ke moderator, yaitu saudara calon Usts. Muhammad Takiudin untuk membuka dan mempersilahkan peserta diskusi untuk memberikan pertanyaan, sangggahan dan tambahan terkait tentang penjelasan neg Ulan. Sebagain Kawan-kawan mambakar rokok dan menghirup kopi sesekali melepas ketegangan untuk bisa memberikan tanggapan dan pertaamyaan dengan santai.

Saudara Rahmat Riyadi (cemut) mengajukan diri untuk yang pertama kalinya memeberikan tanggapan dan menambahkan tentang tular manaoh “ Tular Manoh atau Tulak Manik adalah perkataan yang kemabali, bias ucapan seseorang yang sifatnya buruk,” memulai penjelasannya. Belaiu berpendapat bahawa tular manoh terjadi akibat ketidak setujuan orang tua kepada anakanya ketika mengambil sebuah keputusan. terkesan adanya doa-doa atau perkataan perkataan buruk dari orang tua untuk anakanya lantaran tidak mematuhi perintah atau laramgnya. Misalnya ungkapan seorang ibu pada anaknya “jangan pergi ke mataram sekarang!! Turti kata ibu !” jika anaknya melanggar dan tetap bersi keras untuk pergi kemataram “jangan..!! doitang ente loun (nanti kamu menemukan)” naah.. kata ‘nanti kamu menemukan’ adalah bentuk perkataan yang buruk dari orang tua kepada anakanya lanataran anak tidak patuh terhadap orang tuanya.

Gorengan mulai menyisakan runtuh runtuhannya di atas piring, suasana sesengkok (ruang tamu) rumah Riyadi mulai di selimuti asap rokok tebal, pemantik dan neng Rizka yang kebetulan perempuan hanya mereka berdua. Mereka memasang wajah sedikit cemberut dan mengkesal dengan asap rokok, dengan sedikit sabar ia mengatakan “ndak gamak Ngerokko !”. entah tiba-tiba saja Lewak ingin bertanya, “silahkkan” moderator mepersilahkan.



“Apakah tular manoh ini terikat oleh masa lampau, masa sekrang dan masa yang akan datang ?” Lewak memberikan pertanyaan. Moderator melanjutkan untuk memberikan penya selanjutnya. Ijtihad minta ijin untuk bertanya “silahkan” ujar moderator.
  
“jika saudara Eki (Gondrong) menglami hubungan dengan pacarnya selama beberapa tahun. Pacarnya bosen liatiya gondrong dan disurhlah mencukur rambutnya, Eki tidak mau dan akhirnya di putusin dan menangis,” Ijtihad memberikan ilustarsi. dari ilustarsi tersebut ijtihad bertanya, apakah Saudara Eki diputusin pacarnya di sebut tular manoh karena tidak mau cukur rambutnya ??.

Sedikit menghela nafas pemantik mulai mencoba menjawab pertanyaan Lewak. Pemantik mengatakan dan mengkaitakan tular manoh ini denga karma yang mengandung hukum kausal (sebab dan akibat) yang berlaku bagi siapa saja dan kapan saja baik sekarang dan waktu yang akan datang. Adapun pertanyaan Ijtihad di jawab oleh saudara Cemut dengan mengatakan bahwa saudara Eki di pututsin pacarnya bukan tular manoh karena tidak mau cukur rambutnya katanya itulah hukum yang pas dan wajar di sebut kausal dan berda pada peristiwa yang normal, berbeda dengan tular manoh ia terjadi dengan perkataan dan doa kata semeton Cemut.

Azan Magrib berkumandang seprti menjdi of time pada diskusi kali ini. Diskusi kali sebenarnya masih seru dan menarik namun tentunya sebgai manusia yang beragama dan bermasyakat harus patuh pada aturan agama dan masyarakat sehingga muncul pertanyaan besar jika melanngar aturan agama adalah dosa, melanggar aturan masyarakat adalah penyimpanagn sosial. Dosa baginya Neraka, melakukan penyimpangan baginya sanki sosial (terasingkan dalam masyarakat). Pertanyaa besarnya adalah apakah Neraka dan Terasingkan dalam masyarkat bagian dari Tular Manoh pada Tuhan Dan Masyarakat.



  


Komentar